Kamis, 22 Juli 2010

PROPOSAL TA

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu komoditas ekspor yang bernilai cukup tinggi dalam sektor perikanan. Permintaan konsumen terhadap udang windu tidak pernah surut bahkan menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut Suyanto dan Takarina (2009), permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik sekitar 11,5% pertahun. Sehingga peluang bisnis budidaya udang windu cukup menjanjikan baik dalam subsistem pembenihan, pendederan maupun pembesaran.
Mencapai ukuran konsumsi kegiatan pembesaran sangat penting dilakukan. Udang windu (Penaeus monodon) termasuk salah satu jenis hasil perikanan yang cukup penting dalam menujang penerimaan devisa Negara melalui komoditi non migas. Karena harga udang windu mahal dan pemasaranya cukup terbuka luas dipasaran internasional. Sehingga banyak orang yang melakukan pembesaran udang windu.
Berdasarkan kenyataan dilapangan teknis budidaya udang windu tidak semudah yang dibayangkan. Banyak kendala-kendala yang sering dihadapi para pembudidaya udang windu, misalnya dalam kegiatan pembesaran. Rendahnya benih yang sehat menjadi salah satu kendala dalam menghasilkan udang ukuran konsumsi. Hal ini disebabkan karena kurangnya ilmu pengetahuan para petambak udang windu dalam memilih benih yang sehat. Ini terjadi pada saat benih udang windu belum ditebar ke tambak.
Pemilihan benih udang windu yang sehat merupakan salah satu penentu keberhasilan pada kegiatan pembesaran. Berdasarkan kenyataan dilapangan apabila benih yang ditebar ke dalam tambak terserang penyakit maka menyebabkan penularan ke benih lain sehingga menyebabkan kematian secara perlahan maupun massal.
Upaya mengatasi hal tersebut telah banyak dilakukan oleh para petambak udang windu. Salah satu cara pemilihan benih yang sehat yaitu melakukan perendaman dengan formalin. Namun selama ini para petambak udang windu hanya sekedar melakukan perendaman tanpa memperhatikan dosis yang sesuai. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui dosis formalin yang optimal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah perendaman benih dengan formalin mempunyai potensi untuk menonaktifkan bakteri dan hama penyakit?
2. Apakah perbedaan perendaman dosis formalin akan mempengaruhi tingkat kehidupan udang windu?
3. Berapakah dosis formalin yang optimal untuk mendapatkan benih yang sehat?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui potensi perendaman benih dengan formalin sebagai bahan yang dapat menonaktifkan bakteri dan hama penyakit.
2. Untuk mengetahui pengaruh perendaman dengan dosis formalin yang berbeda terhadap tingkat kehidupan udang windu.
3. Untuk mengetahui perendaman dengan dosis formalin yang optimal untuk mendapatkan benih yang sehat.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi para petambak udang windu untuk mendapatkan benih yang sehat.
2. Sebagai sumbangan pemikiran untuk kebutuhan dan kepentingan referensi Politeknik Negeri Jember.



II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beberapa Penelitian Terdahulu
Dewasa ini ilmu perikanan mengalami perkembangan yang signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini didukung oleh adanya berbagai kegiatan penelitian yang berhubungan dengan ilmu perikanan terutama mengenai budidaya ikan maupun udang. Penelitian dilakukan dalam rangka mencari solusi bagi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan budidaya baik mengenai manajemen pakan, manajemen kualitas air, genetika, maupun manajemen pengendalian hama dan penyakit.
Menurut Suriadnyani dan Dewi (2010) melaporkan dalam hasil penelitian bahwa pengujian dengan pengeringan diatas kertas tissue selama 5 dan 10 menit benih udang yang mengalami stress, mati dan hidup (aplikasi probiotik dan tanpa probiotik) tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Demikian juga pengujian dengan perendaman formalin dengan konsentrasi 50, 100, 150 dan 200 ppm selama 15 menit benih udang masih bertahan hidup sehingga masih menghasilkan sintasan yang tinggi.
Menurut Azwar Said (2010) melaporkan dalam hasil penelitian bahwa perendaman telur dalam formalin dengan dosis berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap daya tetas telur ikan jambal siam. Daya tetas telur tertinggi terdapat pada perlakuan perendaman telur dalam formalin 15 ppm yaitu 74,25%. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 65,03%, tetapi berpengaruh tidak nyata pada kelangsungan hidup larva. Kelangsungan hidup larva tertinggi terdapat pada perlakuan perendaman telur dalam formalin 15 ppm yaitu 71,69% dan terendah terdapat pada kontrol yaitu 63,14%.







2.2 Landasan Teori
2.2.1 Klasifikasi Udang Windu
Menurut Mudjiman (2004), udang windu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Klas : Crustacea
Sub klas : Malacostraca
Ordo : Dekapoda
Sub ordo : Matantia
Family : Penaenidae
Genus : Penaeus atau Panaied
Species : Penaeus monodon Fab
Morfologi Udang Windu
Ditinjau dari morfologinya, tubuh udang windu dibagi menjadi dua bagian yakni bagian kepala hingga dada dan abdomen yang meliputi bagian perut dan ekor. Bagian kepala hingga dada disebut chepalotorax, dibungkus kulit kitin yang tebal atau caracape. Bagian ini terdiri dari kepala dengan 5 segmen dan dada dengan 8 segmen. Bagian abdomen terdiri dari 6 segmen dan 1 telson.
Sifat dan Kebiasaan Makan Udang Windu
Udang windu merupakan salah satu contoh udang laut dan sebagai penghuni dasar laut, udang penaeidae mencari makan ditempat yang dalam didasar laut. Ketika masih muda menyukai tempat-tempat yang dangkal bahkan pantai atau air payau. Menurut Murtidjo (1992), udang windu dapat hidup pada kisaran salinitas 3 ppt- 35 ppt dan dalam waktu 6 bulan dapat mencapai 120 gram/ekor mulai dari benih ukuran 2 cm.
Dihabitatnya, makanan udang windu bermacam-macam (omnivorus), yaitu jenis krustacea tingkat rendah seperti siput kecil, cacing, larva serangga maupun sisa-sisa bahan organik baik tumbuhan maupun hewan. Udang windu bersifat kanibal, yang menjadi sasaran utama adalah udang yang sedang mengalami pergantian kulit.
Kulit udang windu tidak elastis dan selalu berganti kulit selama pertumbuhan. Udang yang sedang berganti kulit biasanya berpuasa, tidak banyak bergerak, mata suram karena hormon pengatur pergantian kulit yang terdapat pada mata sedang aktif. Frekuensi pergantian kulit tergantung pada jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, usia dan kondisi lingkungan. Pada kondisi yang baik, udang windu dapat melakukan pergantian kulit setiap bulan sekali. Semakin tua usia semakin jarang berganti kulit.
Secara alami, pergantian kulit pada udang windu merupakan petunjuk adanya pertumbuhan. Setelah kulit lama terlepas dari tubuh, udang dalam keadaan lemah karena kulit belum mengeras. Pergantian kulit terjadi pertumbuhan yang sangat pesat pada udang, dibantu dengan penyerapan sejumlah besar air. Semakin cepat udang berganti kulit maka pertumbuhan semakin cepat. Dalam habitatnya, udang windu dapat mencapai ukuran panjang 35 cm.
Daur Hidup Udang Windu
Udang windu sebagai larva nauplius, mereka berganti kulit (moulting) selama 6 kali dan menjadi naupli sub stadium VI dalam waktu 2 hari. Menurut Suyanto dan Takarina (2009) perkembangan udang windu dimulai dari larva, nauplius, zoea, mysis, post larva, juvenile dan dewasa. Pada saat memijah udang windu di laut sedangkan pada saat dewasa hidup di pantai bahkan payau.
Pada waktu naupli tidak membutuhkan makanan tetapi pada waktu zoea udang windu membutuhkan makanan. Makanan yang diberikan dengan kepadatan 200 ekor/liter dapat diberikan berupa Skeletonema costatum sebanyak 50.000 sel/ml. Untuk zoea II mula-mula diberikan tetraselmis sebanyak 5.000 sel/ml sampai 20.000 sel/ml. zoea III diberikan brachionus plicatilus sebanyak 20 ekor/ml atau minimal 10 ekor/ml. Pemberian pakan ini dipertahankan sampai mysis. Selanjutnya diberikan larva Artemia salina dengan kepadatan 3-4 ekor/ml.



2.2.2 Formalin
Formalin merupakan larutan formaldehid 40% dalam pelarut air.
Menurut Adiwijaya, Mardjono, Sumarwan dan Murdjani (2008) menjelaskan bahwa formalin mempunyai sifat desinfektan yaitu dapat mematikan bakteri-bakteri pembusuk. Perendaman benih dengan formalin dapat membunuh bakteri-bakteri yang menempel pada benih. Benih yang sehat akan tetap bertahan dan yang lemah akan mati sehingga didapatkan benih yang sehat.
















2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan studi emperis dan teoritis yang telah diuraikan, maka dapat dibuat kerangka pemikiran seperti pada gambar 2.1

















Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran



Pada penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dan 5 kali ulangan dengan penempatan di unit penelitian yaitu di skala laboratorium yang diacak berdasarkan bilangan random. Desain penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan analisa data dan sidik ragam satu arah. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan dari masing - masing dosis yang berbeda yaitu 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm dan 300 ppm. Apabila penelitian ini mengalami hambatan maka dilakukan uji beda perlakuan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan akurat.

2.4 Hipotesis
1 : Diduga bahwa perendaman dengan konsentrasi formalin yang berbeda menghasilkan benih yang sehat.
2 : Diduga bahwa dosis optimum untuk mendapatkan benih yang sehat adalah 200 ppm.






III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui potensi formalin menonaktifkan bakteri dan hama penyakit benih udang windu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan tersebut menggunakan 4 dosis formalin yang berbeda. Rancangan ini digunakan karena medium yang digunakan bersifat homogen sehingga yang mempengaruhi hasil penelitian hanyalah perlakuan dan faktor kebetulan saja (Surakhmad, 1985). Perlakuan yang akan diuji cobakan dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1. Pemberian Dosis pada Perlakuan
Perlakuan Dosis
P1 0 ppm
P2 100 ppm
P3 200 ppm
P4 300 ppm

Adapun pengacakan wadah percobaannya disajikan pada gambar 3.1





Gambar 3.1 Desain Percobaan
Keterangan: P1-P4 : Perlakuan
1-5 : Ulangan
3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu dosis formalin dan variabel terikatnya yaitu tingkat kehidupan benih udang windu.

3.2.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Dosis
Dosis formalin (40 %) yang digunakan yaitu 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm dan 300 ppm.
2. Lama Perendaman
Perendaman dilakukan selama 30 menit. Kemudian benih udang windu di angkat dan dimasukan dalam wadah yang telah berisi media bebas formalin. Selanjutnya dilakukan penghitungan benih udang windu antara yang mati dan hidup.
3. Benih Udang Windu
Benih udang windu yang digunakan yaitu Post Larva 6-18 artinya berumur 6-18 hari setelah melewati fase mysis. Ciri-ciri benih yang digunakan yaitu panjang benih ± 1,5 cm, berat ± 0,2 gram, tunas kaki renang panjang dan beruas-ruas, tubuh beruas-ruas, mata tampak, mempunyai rostrum, maxilla, ekor dan alat pencernaan.



3.3 Instrumen Penelitian

3.3.1 Parameter Pengamatan
Pada peneltian ini, parameter utama adalah dosis formalin yang diberikan pada masing-masing perlakuan, yaitu :
P1 = 0 ppm formalin dengan kepadatan benih 100 ekor
P2 = 100 ppm formalin dengan kepadatan benih 100 ekor
P3 = 200 ppm formalin dengan kepadatan benih 100 ekor
P4 = 300 ppm formalin dengan kepadatan benih 100 ekor

3.3.2 Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati pada saat kegiatan penelitian adalah tingkat kehidupan benih udang windu atau survival rate (SR) yang media pengujianya diberi perlakuan dosis formalin (40 %) yang berbeda-beda. Pengamatan dilakukan secara langsung dengan menghitung jumlah benih yang mati dan hidup.
Untuk mengetahui prosentase jumlah benih yang hidup, maka rumus yang dapat digunakan menurut Perangin Angin (2008) adalah sebagai berikut:







Keterangan:
SR = Survival Rate (Tingkat Kehidupan)
Nt = Jumlah benih sesudah pengujian (ekor)
No = Jumlah benih sebelum pengujian (ekor)





3.3.3 Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan untuk penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan Bahan Spesifikasi Fungsi
Alat :
Ember
Seser

Stopwacht
Aerator
ATK

Camera
Volume 3 liter
Mata jaring 0,5 mm
Sony Ericsson K530i
Batu aerasi
Pensil, penggaris dan buku
Digital
Wadah Pengujian
Alat untuk memindahkan benih
Penghitung waktu
Penyuplai oksigen
Pencatat data

Alat dokumentasi
Bahan :
Formalin
Benih Udang Windu
40%
Post larva 6-18
Bahan uji
Hewan uji


3.4 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama ± 2 minggu, yang bertempat di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, tepatnya di Desa Bulu, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penetapan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atas dasar pertimbangan bahwa Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara merupakan balai yang sangat tepat untuk dijadikan sebagai tempat penelitian, khususnya untuk biota/jenis ikan air payau.
3.5 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan rincian prosedur pelaksanaan sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Mengisi 4 buah ember dengan air laut masing-masing sebanyak 1 liter
3. Teteskan formalin (40%) sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan yaitu 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm dan 300 ppm pada masing-masing ember,
4. Di aerasi selama 15 menit supaya homogen,
5. Mamasukan benih udang windu pada masing-masing ember sebanyak 100 ekor,
6. Mengamati benih udang windu selama 30 menit,
7. Pindahkan benih udang windu pada masing-masing ember yang telah diisi air laut dan
8. Hitung banyaknya benih udang windu yang mati dan hidup. Jika tingkat kehidupan benih diatas 95 % maka benih itu dikatakan sehat.

3.6 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data menggunakan metode pengumpulan data primer dan sekunder yaitu:
1. Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan langsung mengenai uji daya tahan tubuh benih udang windu dengan konsentrasi formalin yang berbeda.
2. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan baik studi empiris terhadap penelitian terdahulu dan studi teoritis terhadap litelatur dari berbagai sumber baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.




3.7 Teknik Analisis
Mengetahui pengaruh perlakuan terhadap masing-masing parameter penelitian digunakan analisis sidik ragam satu arah dengan melakukan uji F dari metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Jika hasil perhitungan keragaman dari setiap parameter memperlihatkan perbedaaan yang nyata atau sangat nyata, maka pengujian akan dilanjutkan dengan beda perlakuan. Uji beda perlakuan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu uji BNJ, BNT, dan JND. Berikut adalah tabel ANOVA Satu Jalur menurut Sutjihno (1986), yaitu:
Tabel 3.3 Analisis Sidik Ragam untuk Rancangan Acak Lengkap

SK DB JK KT F hit F tab
5% 1%
Perlakuan (t – 1) JKP KTP= JKP/(t-1) KTP/KTG
Galat t(r – 1) JKG KTG= JKG/t(r-1)
Total tr – 1 JKT



Keterangan :
SK : Sumber keragaman
DB : Derajat bebas
JK : Jumlah kuadrat
KT : Kuadrat tengah
t : Banyaknya perlakuan
r : Banyaknya ulangan
JKP : Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKG : Jumlah Kuadrat Galat
JKT : Jumlah Kuadrat Total (JKP + JKG)
F hit : F hitung
F tab : F tabel

Berdasarkan tabel rancangan penelitian diatas, maka rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:

(total umum)2 Y..2
Faktor Koreksi (FK) = =
Jumlah seluruh observasi t.r

Σ (jumlah hasil perlakuan)2 Σ Yi2
JKP = - FK = - FK
Jumlah ulangan r

JKT = Σ Yij2 – FK
JKG = JKT – JKP

Kesimpulan hasil Uji F adalah sebagai berikut:
a. Jika F Hitung (KTP/KTG) < F Tabel (5%; DB Perlakuan, DB Galat) maka H0 diterima dan H1 ditolak, hal ini berarti Perlakuan tidak berpengaruh nyata.
b. Jika F Hitung (KTP/KTG) ≥ F Tabel (5%; DB Perlakuan, DB Galat) maka H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini berarti Perlakuan berpengaruh nyata.
c. Jika F Hitung (KTP/KTG) ≥ F Tabel (1%; DB Perlakuan, DB Galat) maka H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini berarti Perlakuan berpengaruh sangat nyata.
Jika hasil perhitungan keragaman dari setiap parameter memperlihatkan perbedaaan yang nyata atau sangat nyata, maka pengujian akan dilanjutkan dengan uji lanjutan. Uji lanjutan atau uji pembanding perlakuan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu uji BNJ, uji BNT, dan uji BND (Sutjihno, 1986).





Tabel 3.4 Nilai Koefisien Keragaman (KK)
Nilai KK Kondisi Percobaan Kriteria Penilaian
< 5% Homogen Kecil
< 10% Heterogen Kecil
5 – 10% Homogen Sedang
10 – 20% Heterogen Sedang
> 10% Homogen Besar
> 20% Heterogen Besar


Derajat ketelitian suatu percobaan dapat dilihat dari nilai Koefisien Keragamannya (KK), semakin kecil nilai KK berarti semakin kecil pengaruh kondisi percobaan dan sebaliknya. Berdasarkan nilai KK-nya dan kondisi percobaan maka dapat ditentukan pengujian beda yang sesuai yaitu; bila nilai KK-nya kecil maka dilanjutkan dengan uji BNJ, bila nilai KK-nya sedang maka dilanjutkan dengan uji BNT dan apabila nilai KK-nya besar maka dilanjutkan dengan uji JND.

Formulasi perhitungan nilai Koefisien Keragaman (KK) adalah sebagai berikut :

√ KTG
KK = x 100%
Rata-rata Total

Keterangan :
KK = Koefisien Keragaman
KTG = Kuadrat Tengah Galat

IV. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan penelitian mengenai uji daya tahan tubuh benih udang windu (Penaeus monodon) dengan konsentrasi formalin yang berbeda dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian
Uraian Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
TA Pendahuluan
Studi kepustakaan
Pembuatan Proposal TA
Seminar Proposal TA
Pelaksanaan TA
Analisa Data TA
Pembuatan Laporan TA
Ujian dan Penggandaan Lap.TA





V. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

Rencana anggaran biaya pelaksanaan penelitian dimulai dari keberangkatan ke tempat penelitian hingga selesainya kegiatan penelitian, dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Rencana Anggaran Biaya Penelitian
No Keterangan Harga (Rp)
1 Transfor (PP) 300.000
3 Alat dan Bahan Penenelitian 100.000
4 Penyusunan Proposal 100.000
5 Seminar 100.000
6 Analisis Data 50.000
7 Penggandaan Laporan 150.000
Total Biaya 800.000


DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya M. Mardjono M. Sumarwan J. dan Murdjani M. 2008. Teknik Perawatan dan Pemeliharaan Udang Penaeid. Departemen Kelautan dan Perikanan. BBPBAP Jepara

Azwar Said. Pengaruh Perendaman Telur Dalam Formalin Dengan Konsentrasi Berbeda Terhadap Daya Tetas Dan Kelangsungan Hidup Larva Menjadi Post Larva Ikan Jambal Siam (Pangasius Hypophthalmus). http://www.docstoc.com/docs/DownloadDoc.aspx?doc_id=19937726&ref_url= [20 Mei 2010]

Darmono. 1991. Budidaya Udang Penaeus . Kanisius. Yogyakarta

Perangin Angin, K. 2008. Modul Pembelajaran Jarak Jauh Mata Kuliah Pembesaran Ikan. VEDCA. Cianjur

Mudjiman A. 2004. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta

Murtidjo, B.A. 1992. Budidaya Udang Windu Sistem Monokultur. Kanisius.
Yogyakarta
Ni Nengah Suriadnyani dan Luh Yuliani Dewi. Teknik Pengujian Vitalitas Benih Udang Litopenaeus vannamei Secara Fisik Dan Kimia. http://www.rcaprpb.com/UserFiles/File/BTLA%20vol%207%20no%202%202008/PENGUJIAN%20VITALITAS.pdf [25 Mei 2010]

Suyanto, S.R. dan Takarina, E.P. 2009. Panduan Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta

Purwakusuma, 2003. Formalin (HCHO dan CH3OH dalam air) http// www.ofish.com. [2 Mei 2010]

Surachmad. 1985. Murahnya Membius Ikan Menggunakan Minyak Cengkeh. Skripsi. Karang Asem

Sutjihno. 1986. Pengantar Rancangan Percobaan Dalam Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Departemen Pertanian Bogor

Minggu, 06 Desember 2009

Akhir kisah kita


Setelah berkali aku tanyakan ?
Pilih mana ?
Jalan yang bercabang, barat atau kau ke timur

Entah ….
Itu jawabmu sehabis diammu sejenak,
Kau pandangi aku sedalam
Dengan mata samar berkaca, dan raut serasa takut kehilangan

Malam ini,
Engkau gores seperti belati menikam
Kau patahkan lagi,
Semangat yang belum sepulih semula

Maafkan aku, sayank
Aku tak bisa,
Menerima separuh rasamu masih terbagi yang lain

Aku akan membunuh rasaku ini saja
Biar sesulit kusakit sendiri, biar,….!!!

Maafkan aku, perempuanku
Aku akan tinggalkanmu
Hiduplah saja kau denganya